Setiap anak pasti direkomendasikan untuk mengonsumsi susu sebagai sumber nutrisi alternatif lain. Ada berbagai macam susu yang bisa dikonsumsi anak, namun yang paling sering dipilih adalah susu sapi. Dikemas dengan packaging yang menarik dengan varian rasa yang beragam, membuat anak lebih antusias untuk mengonsumsinya.
Namun, terlepas dari daya tarik susu sapi, kenyataannya tidak semua anak menyukainya. Pasalnya, alergi adalah salah alasan pemicunya. Ya, disampingnya banyaknya anak yang menyukai susu sapi, ada juga yang alergi terhadap susu ini. Namun, jangan salah artikan antara alergi susu sapi dengan intoleransi laktosa. Apakah perbedaan kedua hal ini?
Alergi susu sapi, berdasarkan sumber Cek Alergi, adalah reaksi alergi yang melibatkan antibodi igE pada salah satu atau lebih fraksi protein yang terdapat pada susu sapi itu sendiri. Gejalanya memang hampir sama dengan intoleransi laktosa, namun ditekankan jika kedua reaksi tidak berhubungan sama sekali. Alergi susu sapi merupakan salah satu reaksi alergi yang dipicu oleh sistem imun tubuh. Sementara itu, terjadinya intoleransi laktosa bisa terjadi karena masalah pada sistem pencernaan anak.
Cara Mengetahui Alergi pada Anak
Lalu, bagaimanakah cara mengetahui apakah buah hati Anda mengalami alergi susu sapi atau tidak? Nah, reaksi alergi sejatinya bisa dideteksi melalui challenge test. Dengan kata lain, langkah ini untuk mengetahui atau konfirmasi adanya alergi susu sapi pada anak, bukan untuk mengatasinya. Challenge test ini diawali dengan menyuruh anak untuk berhenti mengonsumsi susu formula selama rentang waktu satu minggu.
Setelah itu, suruhlah anak untuk mengonsumsi susu itu kembali setelah satu minggu berlalu. Apabila reaksi alerginya sama, maka anak tersebut benar-benar menderita alergi susu sapi. Sebaliknya, jika tidak muncul reaksi alergi, bisa jadi anak tersebut mengalami intoleransi laktosa satu minggu yang lalu.
Apakah yang harus dilakukan apabila anak benar-benar mengalami alergi susu sapi? Perlu diketahui, jika reaksi alergi yang ditimbulkan pasti akan mengganggu si kecil. Oleh karena itu, setelah challenge test menyatakan anak menderita alergi susu sapi, sebaiknya usahakan untuk menghindarkan segala makanan berbahan dasar susu sapi pada anak. Makanan tersebut bisa beraneka macam, mulai dari keju, biskuit susu, dan lain sebagainya. Sebagai gantinya, berilah asupan nutrisi yang memiliki nilai gizi sama, seperti susu kedelai, susu beras, atau susu nabati lainnya. Satu hal yang perlu diperhatikan, jika 20% anak yang menderita alergi susu sapi rupanya juga memiliki alergi terhadap susu kedelai. Jadi, pastikan untuk memersiapkan alternatif lainnya ya!
Kesimpulan
Dari ulasan di atas dapat diketahui jika alergi memang sulit disembuhkan, melainkan hanya bisa dicegah dengan menghindari alergen atau penyebab alergi itu terjadi. Nah, pada kasus alergi susu sapi ini, Anda bisa mengganti susu yang dikonsumsi anak dengan susu lain yang hipoalergenik (HA). Protein susu sapi ini masih bisa menimbulkan reaksi alergi menetap hingga usia akhir anak-anak. Paling tidak hingga usia 2 sampai 3 tahun sampai saluran pencernaan si kecil matang. Jadi, jangan khawatir anak Anda akan mengalami reaksi alergi susu sapi selamanya.
Selain untuk mengonfirmasi adanya alergi pada anak, challenge test juga bisa dijadikan solusi untuk membiasakan anak terhadap alergen tersebut. Jadi, cobalah untuk memberikan produk susu sedikit demi sedikit dan amati reaksi alergi yang muncul. Jika tidak muncul, maka pada minggu berikutnya Anda bisa memberikan susu kembali sedikit demi sedikit.
Untuk mengetahui alergi yang diderita anak lebih jelas, Anda bisa mengeceknya melalui situs cekalergi.com. Jika alergi bisa diketahui lebih dini, sebagai orangtua bisa menindaklanjuti lebih awal pula.